Konflik tua Israel-Palestina di Jalur perebutan lagi-lagi memaksaku untuk sekedar berpikir melankolis. Ketika bertahun-tahun mereka diserang, kekuatan seadanya yang terkumpul tetap membuat mereka kuat sampai sekarang. Trauma akan kematian seakan menjadi mati rasa, Darah saudara dan sahabat seakan menjadi biasa. Masih berusaha kuat ketika tak ada lagi atap sebagai pelindung. Tak ada tempat yang nyaman untuk tidur, Dan tidur nyenyak hanya jalan pintas menuju surga.
Apa yang dirasakan anak-anak disana?
Kapankah dongeng-dongeng imajinasi mereka terwujud? Anak-anak yang merindukan tempat tidur yang nyaman dan sarapan nikmat di pagi hari? Belajar, Menggambar, Membaca, Bermain dan menangis ketika kalah dalam bermain, Menyaksikan mereka tumbuh dewasa adalah hal yang paling luar biasa, menyenangkan. menyapa mereka ketika tersenyum dan mencoba mengatakan kata demi kata dengan susah. Mereka harta luar biasa yang setiap geraknya punya makna, yang setiap kata yang bisa diucapkannya menjadi harapan, dan setiap langkahnya menjadi bayangan terhadap masa depan dunia.
Sebuah tempat menyeramkan, dimana semua yang ku ceritakan di atas hanya fiktif belaka. Anak - anak terbiasa bermandikan darah, dibangunkan oleh "alarm" super keras dari atas langit yang bahkan membuat mereka kebingungan kemana arah jalan pulang?
Ketika Hujan deras, dan petir bunyi dengan kerasnya, aku yang masih sulit lari dahulu berusaha mencari ibu untuk sekedar berlindung dibawah pelukannya. terasa aman selama ada ibu disampingku. Apakah disana sama? ketika bunyi ledakan yang memecahkan genderang telinga mereka, berlari tertatih karena badan penuh luka, mencari Ibu dan mendapati ibu mereka telah tiada?
Waktu kecil bermain polisi-polisian atau tembak-tembakan di halaman rumah, dan tertawa terbahak - bahak menonton film koboy. Sebagian besar dari kami bahkan berbicara "bu aku ingin gagah seperti itu". Apakah disana sama? Ketika melihat orang berseragam dan bersenjata saja mereka harus mencari jalan memutar untuk pulang. Dalam persepsi sempit kammereka. Tak ada lagi tentara yang ramah, Mereka memaksa mereka untuk pergi ketika menawan orang tua mereka, masuk paksa kerumah dan menembak membabi buta, terkena teman dan saudara mereka bahkan hal itu dianggap hal biasa yang tidak disengaja?
Mereka mati satu persatu dengan mudahnya...
Ketika Sujud mereka menangis, ketika berdoa mereka mengeluh kesakitan...
Ketika diam mereka merindukan yang telah tidak ada..
Ketika bimbang mereka mulai berpikir tentang keadilan?
Ketika mereka mati mereka berharap dapat mengadu dengan tuhan?
Tuhan..
Adakah Masa depan disana?
0 komentar:
Posting Komentar
Kirim kan segala pertanyaan, kritik, dan saran via e-mail @ arhie_ashari@yahoo.com