Senin, 06 Juli 2015

Bersenang-senang ala Blogger Bandung

Kalau tidak salah bulan november 2013 lalu, Saya mencoba menghubungi sesepuh-sesepuh dari Blogger Bandung, Selain karena sempat lupa ingatan dengan identitas saya sebagai blogger yang sudah lama tidak login, saya juga meminta bantuan kala itu, tentang keinginan saya membuat event blogger party sebagaimana pelampiasan saya karena semenjak di Kendari dulu, hanya bisa membaca postingan tentang keseruan orang-orang saat hadir di Pesta blogger. Adalah Bang Aswi, begitu beliau menamai dirinya, selain itu ada Nchie Hanie. Sepertinya kedua-duanya sama menggunakan nama blogger atau kalau jaman dulu mungkin ini semacam nama pena kali yah.

Sejak selesainya Blogger party yang gak sukses-sukses amat, Saya akhirnya dapat izin untuk masuk ke grup facebook "blogger bdg". Di Bandung sendiri ada banyak sekali komunitas blogger (mungkin orang-orangnya yang itu aja) tapi yang ada di grup Blogger bdg terasa lebih hidup dan lebih banyak interaksi di bandingkan grup lain yang isinya link blog semua, meskipun facebook tidak sepopuler beberapa tahun kemarin, tapi grup tersebut masih aktif dan bertukar cerita, grup tersebut jugalah yang memberikan saya suplai bahan untuk blogwalking, seru sekali. 

Setelah sibuk dengan padapanik.com saya akhirnya beberapa kali di minta untuk hadir dalam undangan review yang di dapatkan dari link para blogger tersebut. Dan karena padapanik tidak se random blog ini, maka saya hanya mengikuti undangan review makanan atau film, terhitung sudah 5-6 kali tim padanik ikut serta dalam undangan tersebut. Terakhir kali, di bulan juni kemarin (saya cukup lemah dalam mengingat tanggal) padapanik kembali di undang ke sebuah undangan pemutaran premier film "ayat-ayat adinda" bersama beberapa blogger Bandung tentunya. Hari itu juga ada kabar kalau Bang Aswi tidak bisa hadir di acara tersebut. Saat itu saya teringat akan satu hal, ternyata sejak acara Blogger party saya tidak pernah bertemu Bang Aswi dan Nchie Hanie lagi. Wah, berarti sudah cukup lama sekali. Selain itu, Blogger Bdg juga jarang sekali kopdar, saya hanya bertemu dengan mereka hanya ketika sedang undangan review saja, selain itu tidak pernah. 

Akhirnya, Jum'at kemarin saya mendapat undangan dalam acara Basreng Bandung! 

Bukan... bukan.. ini bukan Baso goreng yang dijual di depan kampus, tapi Basreng Bandung itu akronim dari Buka Puasa Bareng Blogger Bandung. Cukup jauh sih tempatnya dari kosan, terlebih lagi semua sudah pada pulang kampung, jadi gak ada motor yang bisa di pinjem haha. Untung saja saya di perkenalkan dengan Ojek masa kini, itu loh, ojek ijo-ijo yang bisa di pesen lewat aplikasi. Kebetulan ada voucher gratis Rp 50.000 yang belum terpakai. Dan akhirnya dengan jarak tempuh 8 km lebih sampailah di Piset Mall Square tempat kejadian perkara Basreng Bandung. Kali ini kurang lebih ada 40 Blogger, 40 yeah! Akhirnya bisa bertemu banyak blogger disini. Setidaknya obrolannya bakal nyambung haha. 

Beberapa blogger sudah saya kenal sebelumnya khususnya blogger cowok seperti Sandra, Kang Hilman, Kang Ade dan Kang Edo yang sudah datang sejak awal. Buat yang belum tau, Sandra ini cowok, meskipun nama Dewi sandra dan teman-teman cewek di kampus dengan nama serupa seperti mengklaim bahwa Sandra adalah nama cewek. Meskipun dulunya gondrong sepertinya dia benar-benar cowok haha. Sandra ini mungkin satu dari sedikitnya Blogger bdg yang umurnya gak beda jauh dengan saya. Entah kemana blogger-blogger kampus yang dapat penghargaan saat di Blogger party dulu, apa mungkin mereka lebih tertarik bergabung dengan komunitas Kancut keblenger atau Blogger Jamban kali yah. Meskipun dulu sempat gabung, Blogger Bdg jadi pilihan karena namanya cukup punya wibawa lah di banding kedua komunitas blogger anak muda tersebut haha. 

Hari itu cukup ramai, berbagai blogger dari umur dan pekerjaan yang berbeda-beda. Dari yang masih tawakal blognya ramai pengunjung sampai yang udah jago mainin SEO dan jadi penguasa mesin pencari, Dari yang sudah punya anak dua, sampai yang masih mencari arti cinta sejati. Tsahhh~ 
Datang di acara ini bikin saya merasa dikukuhkan jadi anggota dari Blogger bdg. Beberapa menit duduk, akhirnya saya bertemu dengan Bang Aswi, setelah itu juga bertemu dengan Nchie Hanie, "Siapa? Ari yah? Yang acara blogger party itu bukan" Ternyata ingatan Nchie hanie cukup kuat, dan hal itu menjelaskan kalau waktu satu tahun tidak cukup membuat wajah saya berubah tua haha. 

Tidak banyak agenda acara yang harus di selesaikan, di mulai dari sambutan dari Bang Aswi sambil membacakan sebuah buku karya seorang blogger. Lalu buka puasa bersama. Oh iya, acara ini juga di sponsori oleh Gurita Narsis alias Kaos Gurita yang notabene nya sudah bekerjasama dengan blogger sejak 2013. Setelah mengisi kembali perut yang kosong dan melewati magrib sejenak akhirnya kami di tantang untuk bermain games, dan demi terciptanya kekompakan, semuanya ikut! 

Sejumlah blogger yang hadir juga sebenarnya hanya saling kenal nama, tidak semuanya akrab tapi berusaha membaur. Saya sendiri lebih akrab dengan beberapa blog mereka dari pada penulisnya. Nah akhirnya, seluruh blogger di bagi menjadi sekitar 6 kelompok yang akan melaksanakan lomba menulis blog (meskipun tidak semua terkoneksi), dan lomba foto narsis yang dilakukan secara bergantian. Karena saya tergabung di kelompok yang anggotanya semuanya cowok, nama-nama di atas tadi adalah anggotanya, di tambah Kang Fikri yang baru kami ajak kenalan. Karena semuanya cowok, terlintaslah konsep boyband ala blogger. Sayang sekali, perut prenagen kami sangat tidak matching dengan konsep boyband korea. "Ganteng-ganteng blogger" terlintas sebuah nama aneh nan menggelikan yang akan kami gunakan, dengan harapan kami tetap jadi blogger, bukan serigala.

Foto nya di ambil dari blog sandra

Nah kalau yang ini... sama 


Rabu, 25 Februari 2015

Perjuangan menikmati Mesin Penenun Hujan.

Akhir-akhir ini, menonton indie gigs menjadi salah satu akivitas yang paling menyenangkan di tiap weekend gue. Hal ini dipengaruhi dengan tinggalnya gue di Bandung yang hampir setiap weekend selalu memanjakan masyarakatnya dengan hiburan yang gratis maupun berbayar. Musik apalagi, Bandung punya band dari genre A sampai Z. Major maupun Indie, semuanya punya kualitas yang sangat layak untuk di perdengarkan ke orang lain.

Salah satu Indie gigs yang menjadi favorit gue adalah An Intimacy. Gua gak tau gigs tersebut udah mulai dari jaman kapan. Pas datang di acara itu, tiba-tiba udah Volume 5 aja. Dan ternyata ada kesan yang beda. Gak tau kenapa, An Intimacy punya kesan yang tidak bisa dijelaskan. Tapi jadi alasan kuat kenapa gua harus datang ke volume-volume berikutnya. An Intimacy menjanjikan sebuah Gigs rasa Indie original. Ibarat mie instant yang menjanjikan rasa soto yang lengkap dengan bubuk koya dan rasa asam jeruk nipisnya. Rasa nya Soto banget! (ini apa sih?!!!!).

Photo by Upi / Padapanik.com
An Intimacy vol.6 sudah diumumkan, dan Line up nya cukup menggiurkan. Tapi karena gue penikmat Musik Indie yang masih awam. Satu-satunya yang bikin gue harus datang adalah FRAU. Buat yang belum tau, FRAU itu adalah nama panggung dari mbak Leilani yang selalu tampil konsisten dengan gaya vintage nya (mungkin itu memang gayanya sehari-hari) khas gadis jogja. Memainkan lagu klasik (mungkin termasuk folk) bersama Keyboardnya yang dinamakan Oscar. Mendengar musik FRAU bikin nuansa klasik kamar kos yang selalu berantakan berasa terlupakan. Gak tau kenapa, Gue merasa kebawa ke masa-masa kecil penuh bahagia dan sederhana. Musiknya seperti familiar di telinga. Sampai sehari sebelum menonton, Gue memutar berulang kali lagu FRAU yang berjudul "Water" (favorit) sambil membayangkan bakal menonton live FRAU pertama kali.

Sayangnya niat baik menonton FRAU tidak semudah menonton gigs lainnya. Sempat kesal karena salah seorang teman untuk meliput hari itu telat datang, dari rencana berangkat setengah 6 sore akhirnya berangkat jam 7 malam. Dan setelah sampai, Kondisi parkiran Lou Belle Shop (TKP) penuh hingga ke pinggir jalan raya. Tidak mau menunggu, akhirnya kami mencoba untuk mencari alternatif parkiran beberapa puluh meter dari Lou belle.

Dan setelah sampai di Lou belle, Benar saja! Beberapa pengunjung berdiri di depan dan sebuah tulisan tertempel di pintu bertuliskan "Our venue is full. So Sorry, Guys. Thank you for your patience" Beberapa pengunjung masih berharap bisa masuk. Jadi sistemnya, Pengunjung yang diluar bisa masuk ketika ada pengunjung dari dalam yang keluar. Misalnya yang keluar 2 orang. Pengunjung boleh masuk 2 orang. Ini udah kayak pergantian pemain di pertandingan sepak bola.

Sedang asik mengantri masuk (dan saat itu pengunjung yang datang semakin banyak), Seorang panitia datang dari pintu luar menggunakan kaos bertuliskan "An Intimacy" dengan penuh keringat dan muka yang memerah. Bukan, bukan karena malu, tapi karena kepanasan. Dia menjelaskan dengan begitu panik dan merasa bersalah. "Sorry temen-temen, di dalem udah penuh banget! Jadi kita minta maaf gak bisa ada yang masuk lagi". Sepertinya ada salah koordinasi dengan panitia yang sejak tadi mengatur kita untuk antri menunggu pengunjung yang keluar. Secara tidak langsung menyuruh kita untuk pulang aja dan meminta untuk gak usah antri. Padahal antri saat itu sangat tenang, Pengunjung yang ada di luar bahkan cuek tidak merasa menunggu lama. Saat itu, Heals (Band yang tampil sebelum Frau) sudah terdengar on stage dari tadi. Dengan begitu, para pengunjung yang diluar bisa dipastikan hanya menunggu untuk menonton FRAU daritadi.

Dan setelah menunggu sekitar 20 menit, Akhirnya gue bisa masuk ke dalam venue. Memang sangat terasa panas dan sesak. Penuh sekali malam itu, bahkan gue sama sekali gak bisa ngelihat apa yang ada di depan. Yang gue tau, saat itu Oscar sedang di pasang oleh para kru FRAU. Dan sambil menunggu, seperti biasa ada kuis dari MC. Selain itu, ada pengumuman bahwa mereka menjual Poster An Intimacy vol.6 dengan tanda tangan para penampil hari itu dengan hanya 15 ribu rupiah. GILA! Gue harus beli!!

Penonton mulai tepuk tangan, Tandanya Mbak Leilani sudah ada di balik Keyboard kesayangannya. Tidak banyak menyapa, lagu Something more mulai dibawakan. Sayang sekali saat itu pandangan gue masih sampai kepala orang lain, sama sekali tidak bisa melihat FRAU. Selain menikmati audio yang terdengar, gue juga tertarik memperhatikan bule-bule yang saat itu ikut menonton. Kelihatannya panas dan pengap yang ada di ruangan saat itu tidak menyulitkan mereka yang biasa berpanas-panasan di Sauna. Melihat ekspresi kagum mereka terhadap FRAU bikin gua ikut-ikutan bangga. Pasti bule-bule itu mikir "Anjir, enakeun yah, Musiknya kayak di kampung urang".

Water, Mr. Wolf dan beberapa lagu lain akhirnya dibawakan kembali. Mbak Leilani sepertinya sedikit nervous. Iya sebelumnya bilang kalau ia sangat senang dengan anak muda Bandung yang selalu support musik lokal khususnya Indie. Setelah menunggu, tibalah lagu terakhir. "Mesin Penenun Hujan" gak tau kenapa, lagu ini bisa gue bilang sebagai lagu pamungkas nya Frau. Musik dan Lirik kayak di bertemu dengan tuannya. Semuanya pas dan tidak berlebihan. Beberapa pengunjung masih bernyanyi malu-malu, tapi tidak mau bersuara lebih keras. Mendengarkan Frau secara Live dengan diam menikmatinya adalah momen yang langka di Bandung.

Dan pertunjukan berakhir, Beberapa penonton saat itu berusaha bertemu langsung dengan mbak Leilani untuk meminta tanda tangan di CD yang mereka bawa dari rumah. Gue sendiri mencari poster yang daritadi dijual namun ternyata sudah sold out. An Intimacy hari itu masih sama, berkesan dan dirindukan. Vol. 7 harus datang jam 3 sore! Sedikit berjanji pada diri sendiri untuk tidak melewatkan momen penting seperti ini.

Nah, ini postingan blog gue yang baru akhirnya ada juga. Terakhir gue nge post tuh 30 Desember 2013 (itu juga karena tugas kuliah). Dan sekarang sudah Februari 2015. Sudah terlalu lama~ 
Mungkin blog gue kedepannya bakal banyak bercerita tentang pengalaman gue nonton indie gigs atau tentang pendapat gue yang sok tau. Semoga dengan aktivitas baru gue ini bisa jadi bahan untuk terus aktif kembali di dunia blog.

Oh iya, sebelumnya gue juga nulis tentang An Intimacy Vol.6 di sini : http://www.padapanik.com/2015/02/an-intimacy-vol6-sesak-pengap-namun.html


Kamis, 19 Februari 2015

JINGGA DAN SINESTESIA

Pukul 01:45, Raga yang merasa lelah tak dapat membuat mata menyerah. Malam ini begitu menyenangkan, Sendirian. Mengawang-ngawang ke seluruh penjuru kamar dan tidak ada yang berubah. Namun tetap menyenangkan.

Aku berusaha menulis lirik lagu yang sedang ku dengar. Jingga, begitu judulnya. Terdengar romantis, namun terasa gelap. Ada nyawa yang hilang, ada perasaan yang resah dalam tiap bait lagu tersebut. Lagi dan lagi, Efek Rumah Kaca berhasil membuatku penasaran. Aku tidak merokok ataupun meminum-minuman keras. Tapi sekarang aku mengerti arti kecanduan itu seperti apa. Tidak perlu definisi teoritis, hanya play and play again

Sebelumnya lagu Melankolia versi Pandai Besi masih membuatku menjerit dalam hati. Mereka mengajarku tentang keindahan kesepian. Nikmatilah saja kegundahan ini, segala denyutnya yang merobek sepi~ atau sebait dalam lagu Hujan jangan marah, Dengarkan jantungku menyerah, terbelah di tanah merah, Gelisah dan suka bertanya, pada musim kering~ Shit! Entah bagaimana cara mereka membawaku ke dalam suasana kelam itu?

Kembali ke Jingga, sebuah bocoran lagu untuk album mereka selanjutnya. Gila! Mereka membuat ku kecanduan dan tidak sabar untuk album yang paling ditunggu-tunggu banyak orang itu. Jingga bukanlah lagu romantis, sepertinya pendapatku benar. tapi begitu manis.... dan gelap...

Aku menyukainya! iya aku menyukainya!!

Aku ingin mengenalnya lebih jauh. Membaca liriknya yang belum begitu jelas terdengar, memahami maksud keresahannya, memainkan chordnya, dan memainkannya setiap hari. Tapi sayang itu tidak mudah. Susah sekali menemukan informasi tentangnya..

Sekali lagi sang vokalis memainkan nada falsetto dengan baik, dan efek gitar delay yang tepat. Jingga mengunci pintu kamarku dan mencegah kebosananku. Membunuh gerak ku dan menghirup lemahku.
Aku bernyanyi di balik kebisingan aktivitas orang lain, dan aku memutarnya lagi..

Beberapa menit kemudian, informasi tentang Jingga telah sedikit aku dapatkan. Di album selanjutnya, album yang telah dibuat sejak 2010 lalu namun tak kunjung selesai. Sinestesia, ada warna yang mereka siapkan. Sampai kapan harus menunggu? Mereka masih bekerja keras, tapi sabar hanyalah omong kosong belaka. Tolong Jangan ingatkan aku tentang apa yang ku tunggu saat ini..

Iya, aku menunggu warna itu.
Warna di balik sinestesia, Jingga dan yang lainnya

Text Widget

Copyright © Langliinglung .. | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com