Kamis, 19 Februari 2015

JINGGA DAN SINESTESIA

Pukul 01:45, Raga yang merasa lelah tak dapat membuat mata menyerah. Malam ini begitu menyenangkan, Sendirian. Mengawang-ngawang ke seluruh penjuru kamar dan tidak ada yang berubah. Namun tetap menyenangkan.

Aku berusaha menulis lirik lagu yang sedang ku dengar. Jingga, begitu judulnya. Terdengar romantis, namun terasa gelap. Ada nyawa yang hilang, ada perasaan yang resah dalam tiap bait lagu tersebut. Lagi dan lagi, Efek Rumah Kaca berhasil membuatku penasaran. Aku tidak merokok ataupun meminum-minuman keras. Tapi sekarang aku mengerti arti kecanduan itu seperti apa. Tidak perlu definisi teoritis, hanya play and play again

Sebelumnya lagu Melankolia versi Pandai Besi masih membuatku menjerit dalam hati. Mereka mengajarku tentang keindahan kesepian. Nikmatilah saja kegundahan ini, segala denyutnya yang merobek sepi~ atau sebait dalam lagu Hujan jangan marah, Dengarkan jantungku menyerah, terbelah di tanah merah, Gelisah dan suka bertanya, pada musim kering~ Shit! Entah bagaimana cara mereka membawaku ke dalam suasana kelam itu?

Kembali ke Jingga, sebuah bocoran lagu untuk album mereka selanjutnya. Gila! Mereka membuat ku kecanduan dan tidak sabar untuk album yang paling ditunggu-tunggu banyak orang itu. Jingga bukanlah lagu romantis, sepertinya pendapatku benar. tapi begitu manis.... dan gelap...

Aku menyukainya! iya aku menyukainya!!

Aku ingin mengenalnya lebih jauh. Membaca liriknya yang belum begitu jelas terdengar, memahami maksud keresahannya, memainkan chordnya, dan memainkannya setiap hari. Tapi sayang itu tidak mudah. Susah sekali menemukan informasi tentangnya..

Sekali lagi sang vokalis memainkan nada falsetto dengan baik, dan efek gitar delay yang tepat. Jingga mengunci pintu kamarku dan mencegah kebosananku. Membunuh gerak ku dan menghirup lemahku.
Aku bernyanyi di balik kebisingan aktivitas orang lain, dan aku memutarnya lagi..

Beberapa menit kemudian, informasi tentang Jingga telah sedikit aku dapatkan. Di album selanjutnya, album yang telah dibuat sejak 2010 lalu namun tak kunjung selesai. Sinestesia, ada warna yang mereka siapkan. Sampai kapan harus menunggu? Mereka masih bekerja keras, tapi sabar hanyalah omong kosong belaka. Tolong Jangan ingatkan aku tentang apa yang ku tunggu saat ini..

Iya, aku menunggu warna itu.
Warna di balik sinestesia, Jingga dan yang lainnya

0 komentar:

Posting Komentar

Kirim kan segala pertanyaan, kritik, dan saran via e-mail @ arhie_ashari@yahoo.com

Text Widget

Copyright © Langliinglung .. | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com