Kamis, 21 Februari 2013

TIDAK ADA PAHLAWAN TANPA TANDA JASA

Masih dalam konteks kacamata seorang mahasiswa tahun pertama, masih dengan cerita kehidupan perantau yang biasa-biasa saja.

Kali ini saya ingin membahas sebuah tema serius yang tidak serius.. (Loh?) Jangan liat postingan ini dari judulnya. Jika begitu, maka pembaca akan terbawa persiapan mekanisme otak yang luar biasa dan mencoba menganalisa mati-matian postingan ini. Nikmatilah postingan kali ini dengan secangkir teh hangat atau lagu-lagu syahdu di aplikasi winAMP kalian. Let's Start..

Hari kamis, Pukul 15.22 Lagi-lagi dosen "Teori komunikasi" tidak dapat hadir, ini membuat kami cukup kesal, terutama yang tinggalnya cukup jauh dari kampus. Sebagian menggerutu di kursi masing-masing. sebagian juga asyik mengobrol dan mengejek tentang kekalahan Cules yang cukup menggemparkan itu. Karena telah dua kali tidak masuk, maka kami sekelas berusaha mencari tahu penyebabnya. Sepertinya telah terjadi kesalahan sistem jadwal perkuliahan. Yap! Bentrok dengan kelas lain. kami menuju Fakultas dan mendapati bu Rini, Dosen Cerdas berkacamata itu sedang asyik mengajar di sebuah kelas dengan mata pelajaran yang sama.

Akhirnya kami dan Bu Rini mencoba untuk berbicara sebentar dan akhirnya diputuskan tidak ada perkuliahan dan akan pindah jadwal mulai minggu depan. ini cukup bikin malas balik ke kosan.

Oh iya, hari ini saya ada latihan Pasuma (Paduan Suara Mahasiswa) dan saya akhirnya menyempatkan untuk ikut latihan dan sekedar merefresh otak. Akhir-akhir ini saya menghabiskan waktu saya UKM tersebut. mungkin karena suara saya pas-pasan haha, jadi saya siap untuk memilih harmonisasi yang jadi daya jual dalam format paduan suara.

Kami punya tugas untuk membawakan lagu "Hymne Unisba", "Syukur", dan "Hymne Guru" Saya cukup terpacu untuk menikmati lagu dan mencoba menyanyi dengan nada yang aneh (Saya bagian Bass jadi nadanya datar) Sampai akhirnya saya menyadari sesuatu..

"Ada lirik yang hilang!"

eh lebih tepatnya diganti! Yap lagu HYMNE GURU yang cukup bikin terharu dan laris manis dibawakan di acara-acara persembahan terhadap guru/dosen tersebut ternyata liriknya telah di ganti.

Bagi Pembaca yang terakhir kali menyanyikan lagu tersebut pada zaman sekolah, mungkin masih ingat di penutup terdengar jelas dengan lirik "Engkau Patriot Pahlawan bangsa... Tanpa tanda jasa" Nah, dalam paduan suara saya ini.. Lirik terakhirnya menjadi ..

"Engkau Patriot Pahlawan Bangsa... Yang sangat berjasa"

Ada yang aneh? Tidak! Biasa saja..
Entah sejak kapan perubahan ini terjadi, tapi adakah di antara kalian yang mencoba memikirkannya?
Apakah kalian ada waktu untuk memikirkan sekedar lirik?

Saya rasa ini sebuah gambaran baru tentang seorang guru di era ini. bahwa guru juga butuh makan! dan melanjutkan kehidupannya yang lain. isitilah tanpa tanda jasa itu sudah tidak tepat lagi digunakan di era ini! Coba tengok berita di TV kamarmu. Ada beberapa berita yang menyorot sisi perekonomian seorang guru yang sulit membiayai anak-anaknya. Kadang ada juga yang berita tentang demo guru-guru karena gajinya tak kunjung turun. atau Sorot guru-guru di pedalaman yang dengan keikhlasannya mengajar.

Akhir lagu tersebut seperti mengatakan "hey! Tuan-tuan berdasi, Kami yang membuat kalian berdasi, kenapa hidup kami tidak se-sejahtera kalian yang berdasi?"

Sekarang sebagian besar gaji guru beserta tunjangan sudah di naikkan. dan akhir lagu itu mungkin juga mengatakan bahwa TIDAK ADA PAHLAWAN TANPA TANDA JASA DI ERA INI.

Text Widget

Copyright © Langliinglung .. | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com